Tuesday, 11 June 2013

Pengalamanku

Ini Pengalamanku sebenarnya, sengaja aku samarkan namaku dan suamiku agar dia tidak tersinggung dan tidak tahu kalau ini yang nulis saya, Kalau sampai tahu kan nggak enak dong, bisa tengkar nantinya.

Kejadian ini tidak pernah kuduga sebelumnya, Selama ini rumah tanggaku berjalan baik dan aku tidak pernah melakukan hubungan sex selain dengan suamiku sendiri. Ade, suamiku seorang kontraktor yang cukup besar di kota Malang Jawa Timur, hampir setiap hari waktunya habis dikantor untuk mengurus proyek dan proyeknya. Aku sendiri Dini menikah dengan Ade, kakak tingkat kuliahku di Perguaruan Tinggi Bandung, 2 tahun diatasku.

Kehidupan sexku biasa saja, dan cenderung membosankan padahal kurasakan sampai sekarang gairahku cepat sekali memuncak dan kalau melakukan hubungan intim aku suka sekali berlama- lama menikmati dengan berbagai variasi, tetapi suamiku orangnya kuno dalam melakukan hubungan sex dengan cara yang biasa saja, dia diatas dan aku dibawah, kadang aku kepingin juga cara lain seperti pada video porno yang pernah kulihat saat suamiku pergi, tapi tidak pernah kesampaian, karena pernah kuutarakan pada suamiku dia tidak menjawab apapun, sehingga kadang aku merasa tidak puas.

Aku sering juga melakukan masturbasi untuk menambah kepuasanku sambil membayangkan wajah seseorang dengan penis menantang. Saat ini aku dikaruniai 2 orang anak yang cukup manis dan ganteng. Aku sendiri memiliki beberapa kesibukan dirumah dengan membuat caterring untuk beberapa perusahaan yang ada di Malang. Jadi dari segi materi aku bisa dikatakan sudah cukup.

Untuk mengisi waktu luang aku sempatkan mengikuti kegiatan kesehatan berupa senam pada sanggar senam tertentu hal ini aku lakukan untuk menjaga stamina dan juga tubuhku biar tidak gembrot, dan hasilnya lumayan saat ini tinggi badanku 165 cm, rambutku hitam pekat, mata coklat, pinggangku cukup ramping pantat juga berisi dan yang penting payudaraku tidak kendor walaupn pernah menyusui dan ukurannya cukup membuat orang menelan ludah 36C.

Aku sengaja mengambil jadwal pagi karena siang sedikit aku harus sudah rapi berada dikantor pribadiku. Setelah membereskan urusan rumah aku bersiap berangkat menuju tempat senam, dengan memakai T shirt Kuning cukup ketat dan celana senam aku memagut diri dikaca, Yach,… lumayan juga pikirku, dengan tshirt tersebut payudaraku seakan tertekan dan hendak melompat keluar, aku sadari itu.

Peugeot 306 yang kukendarai memasuki pelataran parkir kulihat didalam suara cukup ramai juga kiranya hari ini. Aku memang tidak pernah ikut ibu-ibu yang suka ngerumpi ditempatku senam, selesai senam aku langsung pulang. Pagi ini berbeda sekali tempat senam hampir penuh, aku duduk sendiri ditepi sambil mempersiapkan baju senamku, aku menuju kekamar ganti kudengarkan ada beberapa suara ibu-ibu cekikikan sambil menceritakan pengalamannya, Ah,… gila pikirku, mereka suka sekali sama laki-laki muda usia untuk permainan sexnya.

“Iya Jeng Nik,… tadi malam itu seru lho, aku tidak menyangka Dion begitu perkasa, aku dibuatnya tak berkutik dalam 4 ronde sekaligus, padahal kelihatan dia paling pendiam ya disini, dan permainannya,………. Yahuuut lho, memekku sampai seperti mati rasa,……” Cerita salah satu ibu peserta senam.

“Ah,…. Masak sih jeng Rita,….. yach,… sayang aku nggak dapet ya,… kalau sama Rico gimana jeng,……… itu lho anak SMA 3 yang kita temukan bersama waktu nongkrong di cafĂ© Regent,….. yang itunya item dan gede.” Timpal temannya.

”Oh,….. Kalo yang itu sih lumayan, tapi permainannya masih hebat si Dion, Awalnya saja aku sudah keder dibuatnya.”

”Masa,… aku jadi pengin mencobanya jeng,…… Lihat aja ya nanti,… aku habisin dia dengan segala tenagaku,…” celetuknya dengan geregetan.

Pembicaraan terus berlangsung secara tidak sadar aku terbawa ikut memikirkan Dion,… Apakah Dion itu pelatih senam yang baru 2 bulan melatih ditempatku, kalo lihat cirinya pendiam dan acuh sih memang dia,…tanpa terasa tanganku telah berada diantara dua pahaku terasa hangat dan kuraba pelan memeku dari luar baju sanam ah,…. Cepat-cepat kubuang pikiran buruk itu aku tidak ingin terjadi sesuatu. Semakin kupikir semakin berkecamuk pikiran itu ada. Aku ingat waktu itu Dion memang sempat menjadi buah bibir dikalangan ibu-ibu tempatku senam tapi aku tidak pernah sedikitpun ikut didalamnya. Apakah dion itu ya yang dibicarakan ibu-ibu. Pertama kali masuk Dion memang sempat grogi disoraki oleh ibu-ibu bahkan sempat membuat wajahnya memerah ketika perkenalan ibu-ibu menanyakan statusnya. Bahkan salah satu ibu ada yang nyeletuk menanyakan besar tidaknya ukuran vital Dion, dan hanya dijawab dengan senyum saja.

”Tok,.. Tok,… Tok,…..” Aku terkejut mendengar pintu kamar ganti diketok dari luar, ah kiranya cukup lama juga aku berada dikamar ganti, cepat cepat kekemasi barangku dan keluar menuju hall senam, disana masih banyak ibu bergerombol menunggu waktu senam berlangsung.

Aku duduk sendiri sambil minum the hangat, tiba-tiba disebelahku duduk empat ibu-ibu yang nampaknya cukup centil dengan usia yang bervariasi. Sambil berbasa-basi dia memperkenalkan diri dan aku agak terkejut karena suara dan namanya sama dengan yang ada di kamar ganti sebelahku tadi.

Jeng Nanik dan Jeng Rita cukup keren juga orangnya dari parfum dan merk lain yang ada ditubuhnya bukan orang yang tidak mampu kiranya. Nanik kutasir berusia 37 tahun dan mengaku anaknya 3 dan suaminya pegawai swasta dengan jabatan cukup layak, kulitnya putih dan mulus dengan alis tebal dandanannya tidak semenor Rita Tingginya sekitar 5 Cm dibawahku dan payudaranya juga tidak sebesar punyaku, kutaksir sekitar 34 B tapi nampak serasi sekali dengan penampilannya. Kalau Rita lebih tinggi dari Nanik tapi masih dibawahku, rambutnya dipotong pendek dan kulitnya kuning langsat dengan jari lentik payudaranya kutaksir bernomor 36 B dan pantatnya lebih besar dari Rita, dan kelihatan sekali Rita lebih aggresif dalam pembicaraan, sambil diselingi tawa renyah mereka.

”Eh jeng Dini kan sudah lama ikut disini, udah pernah nyoba-nyoba rasa lain nggak selain rasa suami,……Dengan cara arisan bersama,… enak lho jeng, rugi kalo nggak mencobanya” celetuknya berbisik hati-hati,…… Sambil sesekali melirik Nanik. Merah wajahku rasanya, karena selama ini tidak pernah aku temukan orang yang bicara terbuka seperti itu,…

“E,…. E,….. ti,… ti,… dak kog,.. ini apa ya,…. Aku gelagapan. Dan serempak dua ibu tadi tertawa berbahak-bahak,…… Ah,… masa jeng Dini, lha wong sekarang fasilitas sudah banyak kog tidak dipergunakan, yach,… JUST FOR FUN saja kog, kalo habis yang dibuang to jangan dibawa pulang bungkusnya bisa bahaya ya jeng Nanik,"

"Iya lho Jeng Dini kita ini kan punya kelompok disini yang kadang bikin acara enjoy bersama dan tertutup sekali lho, tidak semua ibu boleh ikutan disini, Tak lihat jeng Dini mulai pertama ikut senam tidak pernah ada teman dan menyendiri, apa salahnya kalo bergabung dan menikmati menu baru kami."

Gila orang-orang ini Jeng Nanik pintar juga ngomong gituan, belum sempat aku berpikir dan menjawab mereka menyela lagi.

“Sudah lah jeng Dini ,…. Ikut aja rahasia pasti terjamin kok,.. dan yang penting ada menu baru tiap bertemu”. Sambil menarik tanganku menuju hall senam.

Konsentrasiku bubar selama senam aku secara tidak sengaja hanyut oleh pikiran ibu-ibu, dan kebetulan pelatihku hari ini Dion. Kuperhatikan seksama Dion cukup keren juga Tongkrongannya bodinya bagus, otot-ototnya nampak menyembul, dan,…. Ayooo,… hap,… satu,… dua,… renggangkan kaki,… perintahnya. Dia menghadap peserta senam dan,… Alamak,… otot diantara kedua selangkangannya tertekan oleh baju senamnya nampak menyembul keras dan cukup panjang, aku jadi berpikiran yang bukan bukan, seandainya bisa kugenggam dan kulakukan seperti di video porno itu enak kali ya,…….Gila,… pikirku aku kok jadi gini.

Senam sudah usai, mobil merangkak pelan menuju garasi, kuhempaskan tubuhku diatas kasur, pikiranku berkecamuk membayangkan perkataan ibu-ibu tentang menu baru penuh rahasia tadi, tiba-tiba pikranku menerawang dan melintaslah bayangan Dion dengan mesra aku merinding, Dion seolah datang dan memelukku, tangannya mulai membelai punggung dan turun ke pantat. Diremasnya pelan dan kurasakan benda keras diantara selangkangannya menempel ketat dibaju senamku, aku kegelian, dan,….. Lambat namun pasti kurasakan tangannya mulai menyentuh dadaku yang kenyal, kurasakan pelintirannya membuat pentilku mulai kaku dan keras..

Aku mulai mengejang, tapi tak dilepas tangannya didadaku bahkan mulai nakal, tangan kanannya berani menuju selangkanganku dikuaknya kuat-kuat celanaku sampai kudengar robekan kain Oh,……. Jari-jemarinya membelai lembut gumpalan daging lunak penuh bulu dan,… Mulutnya tak tinggal diam, Dion mulai mengeluarkan lidaknya menjilati memekku yang mulai basah,…. Aaaaaahhhhhhh,,,, Zzzzzzzt,….. aku tak kuat menahan, Dion masih terus menjilat dan menjilat klentitku mulai kaku dan memekku semakin basah dan,….
Kriiiinngggg,….. Krrriiiiingggg,…. Suara telepon berdering aku tertegun,…Gila cing aku bisa membayangkan dengan Dion begitu hebaaat, badanku meriang rasanya dan satu lagi yang kurasakan basah diselangkanganku. Aku bangun bermalas-malasan dan kuangkat telepon.

”Hallo,…. Jeng Dini ada”,….. ” Ya saya sendiri, siapa ini ya,…”
”Aduh,…. Masak lupa saya Rita yang senam tadi,….. Wah sedang apa ini kog kayaknya malas-malasan saja,…….. Terasa sekali memang agak serak suaraku saat ini habis membayangkan dengan Dion kering rasanya tenggorakkan.

“Oh,…. Tidak jeng ini lho sedang membersihkan rumah kacau balau gini, kalau jeng Rita sedang apa ini kok tumben telpon saya”
”Ah enggak lagi free aja ini ngga’ ada temen ngobrol,… Eh,.. iya gimana tadi tawaran kelompok kami jeng,… Mbok ikut aja lah biar sekali-sekali punya menu sesuai selera,… ha ha ha,….. ndak usah takut,.. enjoy aja kok,. Jeng Rita menceritakan panjang lebar club gilanya dan aku tambah menerawang atas kegiatan dengan pengalamannya yang menggila itu.

“Jeng Rita apa suami jeng nggak curiga,…….."

Belum selesai aku bicara, Rita menimpali dengan amat berapi-api.

”Ya caranya dong,… abis gituan sama yang lain jangan mikirin dia lagi, abis ya abis kan beres jeng jadi nyampek rumah pikiran fres dan segar lho,…. Bener Jeng,… ayo deh ikutan ,…… nanti pasti deh jeng Dini suka. Rayunya tak henti-henti”.

Tak lama berselang telepon kuakhiri tanpa jawaban iya atau tidak,….. aku bingung dan berfikir keras sampai akhirnya aku tertidur.

Sore hari setelah menerima laporan dari tukang antar caterringku aku membukukan hasil caterringku selama sehari, aku membantu anak-anakku menyelesaikan tugas belajarnya. Kudengar bel pintu dan suamiku pulang dengan wajah kuyu kelelahan, kupersiapkan perlengkapan mandinya. Malam larut aku sangat menginginkan hubungan intim malam ini, kucoba dekati suamiku dia sudah tertidur lelap tergambar kelelehan diwajahnya, aku kasihan tapi memekku sudah mulai basah ingin dijenguk oleh kemaluan suamiku. Kucoba membangunkan dia, tapi dia menolak dan hanya kekecewaan yang kudapat malam ini dan tanpa tersadar aku sudah terlelap.

Suasana hingar bingar ruang senam kembali kudengar dan kulihat sekeliling kembali bergerombol sekelompok ibu-ibu yang 3 hari kemarin mengajakku ikut dalam kelompoknya.

”Hai jeng Dini,… sini dong kenapa sendirian saja disitu” ajak jeng Rita sambil tersenyum.

Kulangkahkan kakikku menuju kearah mereka kuhitung ada 7 orang denganku. Aku berbasa basi memperkenalkan diri.

”Ibu-ibu, ini peserta baru kita yang saya ceritakan kemarin itu lho, Gimana Jeng jadi ikutan ya,… untuk pengalaman aja kok… ” ajaknya merayu.
”Iya jeng ,…. (spontan ibu-ibu seperti Koor)
“Rahasia terjamin deh”
“Mereka itu sudah terlatih kok, habis acara ya kayak ngaak kenal lagi sama kita deh,… dijamin”
”Dan yang penting jeng dijamin pasti enjoy dan kurang terus.. Hehehe”

Suara mereka bersautan mempromosikan kegiatannya selama ini. Aku yang pusing belum memperoleh jatah suamiku tiba-tiba timbul pikiran burukku untuk mencobanya.

”Tapi,… Gimana ya?!” Tanyaku bingung dan ragu.
”Alaaaaaahhhh nggak usah bingung jeng nanti kita antar dan kita service untuk anggota baru kita, gimana ibu-ibu kalo saat ini kita tetapkan aja bahwa anggota baru kita yang memperoleh jatah arisan kunci saat ini dan langsung kita antar,Setuju?”
”Setuju deh biar tambah saudara,…. Nah sekarang kita senam dulu yok…" Ajaknya sambil memberikan kunci padaku dan aku menerima kunci tersebut tetapi tidak tahu untuk apa kunci itu.

Senam kali ini aku benar-benar tidak konsentrasi dan bingung apa yang harus aku lakukan, hampir semua gerakanku tidak ada yang benar. Senam telah berakhir dan ibu-ibu mengajak menuju tempat yang telah disediakan, sebuah rumah yang cukup bagus dengan halam luas dibelakang terdapat kolam renang, aku membuka dengan kunci yang telah disediakan, dan kulihat ada 3 kamar yang tertutup setelah omong-omong sejenak, beberapa ibu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri tak lama kemudian mereka ada yang minta diri untuk pulang.

”Begini jeng Dini itu kuncinya ada lima kan ?… salah satunya kunci diruangan yang tertutup ini nah nanti kalo jeng Dini sudah siap buka aja kamarnya dan lihat sendiri deh ada apa disana dan enjoy saja rumah ini aman kog, ini punya jeng Nanik dan memang khusus untuk kegiatan Arisan ini, kebutuhan makan dan minum ada di kulkas, dan silahkan saja dinikmati sampai jeng Dini suka kalo pulang ya langsung aja pulang, kuncinya jangan dibawa lho jeng,… liriknya menggoda”.

Aku termanggu mendengarkan ocehan jeng Rita sementara temanya hanya tersenyum dambil memainkan matanya. Aku semakin bingung bagaimana nantinya. Tak lama kemudian mereka berdua mohon pamit pulang terlebih dahulu dan aku tinggal sendirian. Aku bingung melangkah antara iya dan tidak, aku juga teringat kisah khayalanku dengan Dion,…… aku tercenung.ingin mencobanya, kulangkahkan kaki dengan berdebar Klik,.. !!!! pintu pertama kubuka tapi kulihat sekeliling tidak ada seorangpun, pintu kedua kubuka dan,…. Darahku berdesir hebat kuluhat seorang lelaki tegap dan cukup ganteng dengan kulit bersih memakai T shirt hitam dan celana pendek biru tua dia tersenyum, aku membalas kecut dan kuurungkan langkah kakiku masuk kamar tersebut, aku kembali duduk diruang tamu.

Kunyalakan televisi untuk menepis kegugupanku kuganti channel per channel tapi tak ada yang menarik tiba-tiba…

"Hai ,.. Aku Bandi,.. Kenapa kog tidak ngobrol didalam saja tadi kan udah buka pintu tak tunggu lho,…..” pintanya sambil mengulurkan tangan perkenalan.

”Eh,.. e….Aku Dini,,.. Eh… Ah nggak kog Aku cuman pengen tahu aja,” jawabku gugup dan tanganku mulai berkeringat dingin.

Kuperhatikan wajahnya ada bulu halus didagu masih baru dicukur dan dadanya cukup bidang dengan tinggi badan berkisar 175 Cm, otot-ototnya menonjol kuat. Bandi dengan santai duduk disebelahku sambil ikut mengawasi televisi yang remotenya masih ditanganku, dia tahu kalo aku gugup diambilkannya aku minum susu hangat dan dia menuju ke televisi diputarnya Film laser disk. Aku diam saja dan dia mulai membuka pembicaraan basa-basi untuk melemaskan suasana. Aku kaget dua kali karena begitu aku menoleh ke televisi, kulihat film porno yang diputar, disana terlihat orang kulit putih sedang asyik menghisap kemaluan orang kulit hitam yang tegang dan panjang, aku risih dan malu tapi badanku mulai hangat terutama ada rasa geli disekitar pahaku, Bandi kelihatan mulai lebih mendekatiku aku tak menghiraukan mataku tetap kearah televisi, tanpa kusadari aku mulai ikut hanyut dan kurasakan ada benda asing yang menempel didadaku, kulirik ternyata tangan Bandi kutoleh dia hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatnnya.

Aku diam merasakan dan dia semakin berani, diselusuri leherku dengan bibirnya,… turun kebahuku,… ditariknya pelan kaosku sampai kelihatan tali Bh. ku aku tak tahan, disofa aku direbahkan perlahan, dia tambah semangat, tanpa bicara dia mulai mengupas kulitku perlahan, tak pernah kurasakan hal ini sebelumnya, aku seolah melayang kegelian.

Bandi membuka sendiri kaosnya dan kulihat dada bidang itu ditumbuhi bulu halus. Dia bekerja sendiri ditariknya kaosku sampai beberapa kancing terlepas dan diangkat keatas hingga sekarang hanya tinggal Bh da rokku saja, tanganya kurasakan menempel lagi pada susuku dipelintirnya ujung susuku dan kurasakan mengeras,dia mulai menindihku, aku terpejam kurasakan bulu-bulu halus mulai menyentuh dadaku…

Ditariknya lepas BHku sehingga susuku yang besar seolah melompat keluar dadaku bandi terkejut melihat besarnya susuku dengan warna kuning langsat dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan serta putting kecil menantang mulutnyapun menuju putingku… kurasakan lidahnya lincah membuat nafsuku memuncak, putingku semakin mengeras sesekali kurasakan gigitan kecil giginya menggores putingku.

Diatas perut kurasakan ada benda yang membonggol mendesak hebat. Bibirku terasa habis dilumat bibirnya, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan tangan kanannya mulai menuju kearah vagina, diselipkan diantara pahaku, aku gak kuat kupeluk dia dan dia semakin berani ditariknya rokku sampai terlepas, ditarik perlahan celana dalamku sambil tersenyum dan dengan sigap direnggangkannya kakiku sehingga dia dengan leluasa Bandi melihat memekku yang padat dengan bulu hitam keriting, tangannya mengocek memekku yang sudah basah.

Dimasukkannya jari tengah sedangkan ibu jari dan jempolnya membuka jalan dengan meminggirkan rambut kemaluanku. Klentitku kaku, dijilat dan disedotnya susuku sampai aku kegelian dan kini kurasakan mulutnya sudah diatas memekku. Aku semakin geli lidahnya menyapu bersih ruang dalam memekku yang basah sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan.

”Eeeeeeeh... Bandi... aduuuuuh… ” aku mengerang kegelian, tapi dia tidak perduli diteruskannya mempermainkan klentitku.

Aku sudah tak tahan, dengan berjongkok kududukkan bandi dan aku kaget melihat benda menggelantung tegak menghadap keatas (bukan tegak lurus seperti punya suamiku kayaknya) disela selangkangannya. Dia hanya tersenyum memegang leher penis dan digerak-gerakkan dengan tangannya, kudekati dan kupegang.

Alamak.. tanganku tak cukup melingkar pada penisnya dan panjangnya 2 cm dibawah pusarnya. Aku geli dan takut melihatnya Hitam, mendongak seperti pisang ambon besarnya, Kutaksir panjangnya sekitar 19 Cm, sedangkan yang pernah kurasakan hanya 16 CM.

”Kenapa kok dilihatin seperti itu?” tanyanya.
”Eh… aku heran kok kayak gini ya… cukup nggak ya ini lewat punyaku nanti?” Jawabku sambil tetap memegangnya.

Belum selesai aku melanjutkan omonganku disorongkakn ujung penisnya kemulutku, dan ehm… mulutku tak muat menampung semua penisnya kedalam… kurasakan nikmat juga, selama ini aku tak pernah seperti ini… Sedotanku keluar masuk penisnya menyembul tenggelem dalam mulutku tangannya juga tidak diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, aku semakin terangsang. Tak lupa pula Bola penis dua buah menjadi sasaran lidahku, kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan terus kuhisap sampai mulutku tak mampu lagi menahan.

Tiba-tiba terlintas dipikiranku bahwa Aku akan berbuat seperti yang di Laser Disk itu. Ingin merasakan air mani Bandi yang segar nanti akan kuhabiskan.

”Din coba kamu ngadep belakang dan pegangi ujung sofa itu.” Perintahnya. Aku tidak menolak, kulakukan perintahnya tiba-tiba kurasakan penis bandi dipukul-pukulkan pada pantatku aku kegelian.

Diserudukkan penisnya ke memekku dari belakang sulit sekali.. dia coba lagi dan gagal.

”Aaaaaaah... seret sekali ya kayak perawan..” omongnya.

Aku semakin tersanjung karena anakku sudah 2 tapi memekku dibilang seret kayak perawan. Aku berbalik ku bantu bandi dengan mengolomohi penisnya dengan ludahku tapi masih juga tidak berhasil menembus memekku.

Kulihat Bandi tidak kehilangan akal diambilnya hand bodi dan dioleskan pada penisnya yang besar dan perlahan masuk pada vaginaku yang kecil, kurasakan agak pedih.

”Bandi,.. udah ah… nggak bisa masuk lho…terlalu besar sih,”pintaku.
”Sebentar… tahan dulu ya… ini udah nyampai sepertiga lho..” Jawabnya sambil didesaknya vaginaku dengan penis dan… sreeet… sret… sreeeeetttttt.
“AaaaaUUUUUU...” Aku menjerit kurasakan penis Bandi terasa tembus ke kerongkonganku, digerak gerakan pantatnya aku kegielian… akhirnya banjir juga vaginaku dan kurasakan kenikmatan saat penis Bandi maju mundur diruang vaginaku. Sesekali pantatku ditepuknya untuk menambah semangatku menggenjot penisnya, susuku dibiarkan bergelantungan bergerak bebas sementara tangan Bandi sibuk memegang pinggulku memaju mundurkan pantatku. Saat penis masuk badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Bandi menciumi punggungku sambil penisnya terus bergerak keluar masuk memekku. Aku juga berusaha dengan menggerakkan pantatku kiri kanan dan penis Bandi seakan terjepit diapun mengerang kuat. Dipegangnya susuku kuat-kuat dan ditarik masukkan penis besar tersebut berulang sampai aku kelelahan.

”Aaaahhhhhh…Dini… aku mau keluar nih……” Erangnya.
”Sebentar ya……” Kutarik penis Bandi dan tak kusia-siakan, kumasukkan lagi dalam mulutku sambil kugerakkan maju mundur tanganku, dan dia semakin kegelian, tak lama kemudian… Creeet.... Creeet.. Creeettt.. kurasakan mulutku penuh dengan tumpahan air mani Bandi, segar rasanya. Kubersihkan penis bandi dengan mulut dan lidahku dari air maninya, dipegangnya kepalaku seakan dia tak mau aku membuang maninya keluar. Dan Bandi tergeletak kelelahan dengan keringat yang luar biasa.

Kubersihkan diriku dan kulihat Bandi masih istirahat dengan telanjang. Kuciumi tubuh Bandi (kini aku tidak malu lagi) perlahan dia tersenyum dan kulihat penisnya mengecil lemas… kupegang, remas perlahan dan aku masih kurang nampaknya. Mulutku dengan sigap melahap penis bandi yang lemas itu, dalam kondisi lemas, masuk semua bagian penis kemulutku, terus kupermainkan seperti dalam LD yang diputar Bandi tadi. Tak lama kemudian mulutku sudah tak muat menampung penis bandi untuk kukulum. Akhirnya kurelakan sebagian batang penis Bandi keluar dari mulutku.

Bandi pun mulai bangun dan aggresif, diusapnya vaginaku yang sudah kucuci dan mulai basah oleh tangannya. Bandi berbalik menciumi vaginaku sementara aku menciumi penisnya yang tambah mengeras (posisi 69)
Bandi tambah menggila dimasukkan semua bagian lidahnya ke vaginaku aku menjerit kegelian. Bandi memindah posisi ditaruh tubuhnya diatas karpet dan diangkatnya tubuhku menindihnya… penis Bandi ditutuntun menuju lubang kemaluanku dan tanpa ampun lagi kemaluanku diucek-ucek oleh penisnya.

Kurasakan penis bandi tidak masuk semuanya atau memang vaginaku yang dangkal aku tak tahu, yang ada dalam benakku sekarang hanya nafsu dan nafsu saja.

Kugerakkan naik turun pantatku menduduki pahanya sementara vaginaku sibuk melahap penis Bandi yang kekar dan angkuh itu. Tangan Bandi sesekali mengucek susuku tak kuhiraupan karena nikmatnya tak seberapa dibanding dengan penisnya yang mengisi penuh vaginaku. Kurebahkan tubuhku karena payah sambil kulumat bibir bandi yang terus mengerang itu dan terus kugoyang pantat sesuai irama nafsuku. Bandipun demikian. Aku mulai merasakan vaginaku semakin longgar karena becek basah dan geliku memuncak… Kugigit dada Bandi kuat-kuat untuk menahan kepuasan dan bersamaan dengan itu pula kudengar erangan Bandi yang menyatakan bahwa air maninya akan tumpah… Kupercepat menggoyang pantat karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini aku ingin kepuasan maksimal…… Dan…… Aaaaaaaahhhhhhhhh…… Sreeeeet… Sreeetttt… sreet…

Kurasakan ada aliran hangat menyemprot vaginaku dan terasa penuh. Bandi masih mengerang hebat aku gigit dadanya sekali lagi sambil kucakar punggungnya untuk menahan kenikmatan yang tiada taranya ini. Kuangkat pantatku pelan-pelan dan masih kulihat sisa-sisa ketegangan dipenis Bandi. Kuraih penis itu dan kubersihkan kembali dengan mulut mungilku yang serakah tiada habisnya melihat penis tegang besar dan keras itu. Bandi pun tersenyum puas layaknya aku, ciuman mesranya mendarat dujung bibirku, dan diapun tak mau ketinggalan mengusap vaginaku dengan lidahnya… akup un geli.

Tak terasa hari sudah siang. Tak lama kemudian aku pamit dan aku menjadi keterusan mengikuti acara ibu-ibu itu dengan berganti-ganti pasangan yang hebat.
Sedangkan hubunganku dengan suami tetap tidak terganggu karena suamiku tidak pernah minta yang aneh-aneh,… jadi asal aku terlentang dia masuk... kocek-kocek sebentar selesai. Untuk kepuasan lainnya aku dapatkan dari yang lain

No comments:

Post a Comment