Tuesday, 16 July 2013

Lily Panther - Gantengnya tamuku - 1

Dari sekian banyak tamu yang sudah aku layani, baru kali ini aku menerima yang benar benar sesuai seleraku, di samping orangnya ganteng juga masih muda, mungkin 2-3 tahun lebih tua dari usiaku, atau bahkan lebih muda. Menurut catatan harianku, dia adalah tamuku yang ke-58 pada hari yang ke-19 aku bekerja, dan merupakan orang yang ke 24 yang aku layani. Ternyata setelah sekian hari baru terpenuhi harapanku untuk mendapatkan tamu yang sesuai keinginan dan selera.

Namanya Jimmy, karena chinesse kupanggil dia Koh Jim, entah apa kerjaannya sehingga bisa membayarku, yang jelas hanya orang yang kelebihan banyak uang yang mampu, bukan orang yang kelebihan uang pas pasan karena tarifku juga tidak murah.

Mulanya aku dingin dingin saja ketika Om Lok memberitahu akan tamuku, karena seperti biasa dia tidak pernah memberitahu detail tentang tamuku yang akan datang kecuali apa yang harus aku persiapkan sesuai permintaan atau tamuku seorang pejabat yang perlu pelayanan khusus. Begitu kubuka pintu kamarku menyambut kedatangannya, aku terkesima takjub akan ketampanannya, mungkin karena terlalu sering melayani orang yang usianya jauh diatasku, maka begitu melihat Jimmy aku langsung tertegun, tak menyangka mendapatkan tamu yang seganteng dan semuda dia.
Dengan agak canggung kupersilahkan dia masuk, entah kenapa aku jadi salah tingkah di depannya, seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, cinta?? kata kata itu sudah jauh kutanam di dasar batinku yang membatu, tapi apa namanya ini entahlah.

Dia adalah tamuku yang ke 3 hari itu, setelah menemani 2 tamu Chinese seusia papaku yang Cuma besar nafsu saja dibandingkan tenaganya, aku sama sekali tidak mendapatkan kenikmatan apalagi kepuasan, aku berharap Koh Jimmy mempunyai stamina tenaga muda yang bisa memenuhi hasratku.

Sore itu dia mengenakan kaos dan celana jeans, postur tubuhnya cukup atletis, tentu saja dibandingkan tamuku lainnya, menyesal aku mengenakan pakaian yang menurutku kurang sexy, kukenakan celana jeans putih dan kaos yang cukup longgar sehingga tidak bisa mempertunjukkan lekuk tubuhku.

Seperti biasa kami ngobrol di sofa untuk mencairkan suasana, Koh Jimmy orangnya enak untuk diajak bicara, sopan dan tidak kasar, aku makin suka akan penampilannya. Aku sudah bertekad untuk memberikan servis all out semampu yang kubisa berikan, aku ingin membuatnya benar benar puas akan pelayananku.

"Minum dulu Koh, biar kuat" gurauku
"Jangan panggil Koh, toh kita sama usia, paling tak lebih dari tiga tahun, panggil saja Jimmy, biar nggak kaku", pintanya

Entah siapa yang memulai akhirnya kami berpelukan, mulanya dia mencium pipiku, kemudian bibirku dilumatnya, hatiku berdegup kencang ketika dia memainkan bibirku dengan bibirnya, lidah kami saling menyapa. Tangan Jimmy mengelus punggungku, kemudian menyusup di balik kaosku, gosokan tangannya di punggungku terasa hangat dan lembut, kubalas dengan usapan tanganku di selangkangannya, kurasakan ketegangan di balik celananya. Tangan Jimmy bergerak ke depan, mengelus buah dadaku yang masih terbungkus bra, belum ada remasan yang dilakukannya di buah dadaku, dengan gemetar kumulai meremas remas selangkangannya, semakin tegang dan keras, napasku sudah mulai turun naik merasakan gejolak birahi.

"Pakaiannya dilepas ya, ntar kusut" usulku, sebelum aku bertindak lebih jauh dia sudah mengangkat kaosku dan melepasnya, tampaklah buah dadaku yang tertutup bra, menantang dengan mulusnya, aku bangga ketika dia memandangi dengan sorot mata kagum. Kulepas kaosnya, benar dugaanku, dadanya yang bidang dan atletis, tidak gendut seperti tamuku yang lain, aku makin bergairah melihatnya.

Kuciumi dada dan kupermainkan putingnya dengan lidahku, dia mulai mendesis nikmat sambil mulai meremas remas buah dadaku, aku jadi lebih bergairah, bibir dan lidahku turun menyusuri perutnya sambil tanganku membuka celananya, kutarik turun jeansnya dan kukeluarkan kejantanannya dari balik celana dalam. Lumayan, besarnya rata rata chinesse pada umumnya, mungkin panjangnya 15 cm, tapi kerasnya minta ampun seperti besi, kupegang dan kuremas sambil mengamati wajah ganteng Jimmy yang lagi mendesis kenikmatan, makin menggemaskan.

Remasanku tak kulanjutkan, aku berdiri di depannya, kulepas celanaku, tinggal sepasang bikini ungu yang menutupi tubuhku, ditariknya tubuhku dalam dekapannya, dan kembali dilumatnya bibirku sambil meremas remas gemas kedua buah dadaku, aku membalas dengan mengocok kejantanannya yang keras membatu, bibir Jimmy lalu menyusuri leherku, aku mendesis, wajahnya dibenamkan di antara kedua bukit di dadaku, tanpa melepas bra, putingku dikeluarkan dari penutupnya dan langsung mendapat kuluman penuh gairah, tubuhku langsung menggeliat menerima kulumannya, tanpa kusadari tangan kiriku mempermainkan klitorisku sendiri sambil tetap mengocok kejantanannya dengan tangan kanan, kurasakan vaginaku sudah mulai basah menerima cumbuannya, aku benar benar sudah terbakar nafsu birahi.

Tiba tiba Jimmy menghentikan cumbuannya, aku kecewa, dia lalu menuntunku menuju ranjang, setelah menelanjangi tubuhku direbahkannya di atas ranjang, celana dalamnya dilepas sendiri lalu menyusulku ke ranjang. Aku sudah siap menerima cumbuannya, kurasakan desah napasnya menerpa wajahku sebelum bibirnya kembali mendarat di puncak bukitku, cukup lama dia menikmati putingku secara bergantian tanpa melepaskan remasannya. Tubuhnya kemudian menindihku, kami berciuman dengan penuh gairah, tak mau menunggu terlalu lama, kusapukan kejantanannya di bibir vaginaku, dengan perlahan dia mendorongnya masuk, begitu keras kurasakan menggesek dinding vaginaku yang sudah basah, aku mulai mendesis nikmat, kurasakan begitu lama Jimmy melesakkan kejantanannya hingga akhirnya benar benar semua batang kejantanan itu tertanam di dalam.

Dia mendiamkan sesaat sambil mengamati expresi wajahku, kubalas pandangannya, sama sama terbakar birahi, dengan senyum yang menawan ditariknya perlahan dan didorongnya lagi, sungguh pelan dia melakukannya, sepertinya dia begitu menikmati jepitan dan gesekan di vaginaku, diperlakukannya aku dengan penuh perasaan, membuatku makin terhanyut dalam irama permainannya. Pelan, nikmat dan penuh perasaan, sungguh kurasakan baru kali ini aku diperlakukan sebagaimana layaknya wanita, justru makin membuatku melambung tinggi lebih cepat, kocokan Jimmy yang pelan dan lembut terasa makin nikmat seiring dengan ciuman mesra di leher dan bibirku, aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah, kulumat bibirnya yang ada di mulutku, kuremas rambutnya, dipeluknya tubuhku, kami menyatu dalam irama nafsu birahi, cukup lama kami saling mencium dan melumat. Berulang kali kami saling memandang dan berulang kali pula kucium pipinya dengan gemas.

Pandangannya sungguh membuatku makin terhanyut dalam nikmat birahi, tak terasa hanya beberapa menit dia mengocokku ternyata aku sudah mencapai orgasme, ya orgasme tercepat selama ini. Aku menahan desahan orgasmeku, malu untuk mengungkapkan dengan expresi, kugigit bibirku, kuremas lengannya seiring dengan denyutan nikmat di vaginaku, tubuhku mengejang lalu perlahan lemas tanpa bisa berbuat lebih banyak. Jimmy tahu aku sudah orgasme lalu mendekapku dan mencium keningku, oh betapa mesranya, tak pernah aku diperlakukan begitu mesra penuh perasaan oleh laki laki yang menikmati tubuhku, kubalas dekapannya dengan pelukan lalu kami kembali berciuman bibir. Setelah napasku berangsur normal dia minta ganti posisi.

Tanpa melepaskan penisnya, kami bergulingan di ranjang, kini aku di atas masih tetap berpelukan dan berciuman mesra. Aku duduk di atasnya, perlahan kugoyang pinggulku, Jimmy memandangiku dengan mesra sambil mengelus elus dan meremas ringan buah dadaku, disibakkannya rambutku yang tergerai di mukaku saat aku bergoyang dan menggeliat nikmat. Tubuhku turun naik sambil sedikit memutar mengocok penisnya, Jimmy mulai ikutan mendesis, desahan demi desahan bersautan antara kami berdua. Kutekankan pantatku ke tubuhnya untuk menanamkan lebih dalam penis itu di vaginaku, lalu kuputar pinggangku, kupermainkan puting di dadanya dengan jari tanganku, Jimmy mendesah keras menikmati permainanku, remasan di buah dadaku makin kencang, aku makin bergairah menggoyangnya, terlalu bergairah hingga dengan segera mencapai puncak kenikmatan sexual kedua kalinya sepuluh menit kemudian, jeritan kenikmatan keluar dari mulutku tanpa aku sadari, otot otot vaginaku berdenyut keras, meremas dan menjepit penisnya, Jimmy menatapku seolah menikmati expresi wajahku yang dilanda orgasme. Tak kupedulikan tatapannya, meski malu tapi orgasmenya terlalu nikmat untuk di tahan, Jimmy hanya tersenyum melihat ekspresiku sambil tetap meremas buah dadaku.

Tubuhku langsung lemas dan roboh di atas tubuh Jimmy, dia memeluk dan mengelus punggungku, napasku turun naik tak karuan, kemudian Jimmy memulai gerakannya mengocokku dari bawah, rasa geli dan nikmat kembali menyelimuti tubuhku, makin lama makin cepat, aku mendesah desah di dekat telinganya, Jimmy mendekapku makin erat, tubuh kami menyatu saling merasakan getaran birahi yang makin tinggi. Tiba tiba Jimmy menghentikan gerakannya, begitu juga aku diminta untuk diam sesaat, kurasakan denyutan lemah dari kejantanannya, dua detik kemudian dia mulai mengocokku lagi, diremasnya pantatku, rupanya dia menahan orgasmenya dengan menghentikan gerakan kami, dan berhasil. Oh betapa nikmatnya kocokan Jimmy di vaginaku, sepertinya lain dari yang lain, membuatku kembali melambung tak lama kemudian.
Sebelum terhanyut lebih lama lagi, Jimmy minta ganti posisi dari belakang, doggie style, dengan senang hati kuturuti permintaannya, kembali Jimmy dengan penuh perasaan memasukkan penisnya ke vaginaku secara perlahan sambil menggosok punggungku, begitu pelan hingga bisa kurasakan gesekan di dinding vaginaku, aku menikmati setiap milimeter masuknya penis itu di vaginaku hingga semuanya melesak sempurna di dalam.

Dengan mesranya dia mengocokku perlahan dari belakang, yang kurasakan hanyalah nikmat dan nikmat, kuimbangi gerakannya dengan goyangan pelan pinggulku, kudengar desisan nikmat keluar dari mulut Jimmy, makin bergairah aku menggoyangkan pinggulku, kenikmatan bagi Jimmy adalah kenikmatan juga bagiku. Kocokan Jimmy makin cepat seirama dengan goyangan pinggulku, kami saling mengocok dengan penuh gairah. Elusan Jimmy di punggung sudah bergeser ke depan, mengelus dan meremas buah dadaku yang menggantung dan bergoyang dengan bebasnya. Tiba tiba Jimmy menyodokku dengan 2-3 kali sodokan keras, terasa penisnya menghantam dinding rahimku.

Bersambung . . . .

No comments:

Post a Comment